Hakikat Diciptakan Manusia Untuk Beribadah
Bersama Pemateri :
Ustadz Ahmad Zainuddin
Hakikat Diciptakan Manusia Untuk Beribadah adalah ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Fathul Majid Syarh Kitab At-Tauhid. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc. pada Rabu, 04 Dzulhijjah 1442 H / 14 Juli 2021 M.
Kajian Tentang Hakikat Diciptakan Manusia Untuk Beribadah
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepadaKu.” (QS. Adz-Dzariyat[51]: 56)
Kata قولِ dibaca jar (kasrah) karena ini athaf gandengan atas kitab tauhid sebelumnya. Dan boleh diberi harakat dhammah (وقولُ الله) karena dianggap sebagai permulaan kata.
Svaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah berkata, “Ibadah adalah taat kepada Allah dengan mengerjakan apa-apa saja yang telah diperintahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala melalui lisan para Rasul.”
Syaikhul Islam juga berkata, “Ibadah adalah kata yang mencakup setiap apa saja yang dicintai oleh Allah dan diridhaiNya, baik itu berupa ucapan atau perbuatan yang lahir dan batin.”
Berdasarkan pengertian ini, ibadah bukan hanya terbatas pada ritual-ritual yang ada praktiknya seperti shalat, puasa, haji, zakat. Tetapi apa saja yang diperintahkan oleh Allah melalui lisan-lisan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Juga apa saja yang dicintai dan diridhai oleh Allah seperti kita menasihat orang, berdzikir, berdoa, beramar ma’ruf nahi munkar, menuntun orang buta yang hendak menyebrang jalan, membantu mengangkat barang seseorang yang memerlukan, menghilangkan kesedihan orang lain, tersenyum, maka itu semua ibadah.
Ini patut kita perhatikan karena beribadah kepada Allah adalah tujuan utama kita diciptakan.
Di dalam ayat ini ada penjelasan tauhid dari sisi ketika menafsirkan إِلَّا لِيَعْبُدُونِ (kecuali untuk beribadah kepadaKu) artinya: “Kecuali untuk mentauhidkan Aku.” Maka ayat ini menunjukkan dalil tauhid, yaitu menjadikan Allah satu-satunya yang paling berhak untuk diibadahi.
Ibnul Qayyim berkata bahwa ibadah berkisar pada lima belas kaidah, siapa yang menyempurnakannya maka dia telah menyempurnakan tingkatan-tingkatan peribadahan kepada Allah. Penjelasannya akan hal itu bahwa ibadah terbagi atas ibadah hati, lisan dan anggota badan. Dan hukum-hukum yang berkaitan dengan peribadahan kepada Allah ada lima: wajib, mustahab (dianjurkan), haram, makruh dan mubah. Hukum yang lima ini untuk hati, lisan dan anggota tubuh.
Al-Qurthubi berkata bahwa pokok ibadah adalah perendahan diri dan ketundukan. Tugas-tugas syariat yang diberikan oleh Allah kepada hamba-hambaNya dinamakan ibadah.
Imam Ibnu Katsir berkata bahwa peribadahan kepada Allah maksudnya adalah ketaatan kepadaNya dengan cara mengerjakan perintah dan meninggalkan larangan, itulah hakikat ajaran Islam. Yang mana makna Islam adalah berserah diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang mengandung puncak ketundukan, perendahan diri, dan kepatuhan.
Imam Ibnu Katsir juga berkata dalam tafsir ayat ini, makna avat adalah bahwa Allah telah menciptakan hamba-hambaNya untuk beribadah kepadaNya semata, tiada sekutu bagiNya. Siapa yang menaati Allah, maka Allah akan memberikan ganjaran dengan sempurna. Dan siapa yang bermaksiat kepadaa Allah, maka Allah akan hukum dengan siksa yang pedih. Allah juga mengabarkan bahwa Dia tidak memerlukan mereka, lanjutan dari ayat tersebut adalah:
مَا أُرِيدُ مِنْهُم مِّن رِّزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَن يُطْعِمُونِ ﴿٥٧﴾
“Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan.” (QS. Adz-Dzariyat[51]: 57)
Para hamba lah yang sangat memerlukan dalam setiap keadaan mereka, karena Allah yang menciptakan dan memberi rezeki kepada mereka.
Kemudian penulis membawakan perkataan para ulama Salafush Shalih. Ini yang menjadi syiar dakwah kita, yaitu berusaha memahami ayat dan hadits berdasarkan pemahaman para Salafush Shalih (para sahabat, tabi’in, tabiu’ut tabi’in).
Ali bin Abi Thalib berkata tentang makna ayat itu, “Kecuali untuk memerintahkan mereka agar beribadah kepadaKu dan Aku mengajak mereka untuk beribadah kepadaKu.”
Imam Mujahid berkata tentang makna ayat itu, “Kecuali untuk Aku perintah dan Aku larang.” Ini adalah pendapat yang dipilih oleh Imam Az-Zajjaj dan Syaikhul Islam.
Bagaimana pembahasan lengkapnya? Mari kita download dan simak mp3 kajiannya.
Download mp3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/50396-hakikat-diciptakan-manusia-untuk-beribadah/